Peran baby sitter sering diandalkan oleh sebagian besar orang tua yang memiliki kehidupan di kota dan sibuk bekerja, khususnya para ibu yang berkarir. Biasanya, baby sitter itu kurang memedulikan baik buruk fasilitas untuk anak asuhannya. Misalnya, jika pada saat balita menangis, kebanyakan baby sitter akan memberikan mainan untuk menenangkannya. Namun sayangnya mainan itu biasa berupa ponsel atau gadget yang kurang pantas dipegang balita. Gadget-gadget itu membuat si balita ketagihan dengan gambar dan musik yang menarik. Dia akan betah berlama-lama dengan gadgetnya dan tidak sempat mempelajari hal lain.
Tak bisa dipungkiri, penggunaan gadget untuk balita mengurangi frekuensi komunikasi dengan orangtua. Akibatnya, timbul juga sikap acuh tak acuh akan kondisi sekitar. Hal ini buruk untuk proses sosialisasi anak. Berbeda sekali dengan saya atau generasi sebelum saya. Di usia balita, saya sering bermain dengan kakak dan teman-teman, dan berbicara dengan orangtua tentang apa saja. Bayangkan, betapa mengenaskan jika seorang manusia tidak memiliki kenangan yang indah dengan orangtuanya, meski di masa balita. Kasihan. Jangan sampai generasi penerus kita nanti seburuk itu.
Bagi para orangtua, disarankan untuk memperbanyak waktu bersama sang anak, setidaknya di lima tahun pertamanya. Selain itu, sebaiknya balita dibiarkan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang baik. Orangtua hendaknya juga lebih selektif memberikan mainan ke balita.
Sebenarnya ponsel tersebut hanya
digunakan untuk memainkan lagu atau bermain game saja. Sekilas tampak tidak
berbahaya. Namun sebenarnya ada dampak negatif yang mengiringinya. Tak
ampun-ampun, efek sampingnya mengenai edukasi balita. Padahal lima tahun pertama
manusia adalah saat terpenting yang akan memengaruhi perkembangan otak balita
di masa depannya. Lalu apa bahaya penggunaan gadget seperti ponsel dan laptop
itu?
![]() | |
Terlalu lama memainkan gadget, bahaya bagi balita (sumber : http://data.tribunnews.com/) |
Selain radiasi dari gadget yang tinggi, perlu diwaspadai juga lambatnya perkembangan psikomotorik. Dikutip dari liputan6.com, sebuah studi baru menemukan jumlah anak-anak dengan kesulitan berbicara telah melonjak drastis sebanyak 70 persen dalam waktu enam tahun ini. Yang disalahkan atas meningkatnya jumlah ini adalah penggunaan gadget nyaman yang diberikan terlalu dini oleh para orangtua. Selain itu, kecenderungan
orangtua yang bekerja keras dan menghabiskan waktu lebih sedikit dengan anak-anaknya. Teknologi termasuk televisi, playstation, smartphone, dan komputer, semakin banyak dipergunakan oleh anak-anak di waktu senggang.
Tak bisa dipungkiri, penggunaan gadget untuk balita mengurangi frekuensi komunikasi dengan orangtua. Akibatnya, timbul juga sikap acuh tak acuh akan kondisi sekitar. Hal ini buruk untuk proses sosialisasi anak. Berbeda sekali dengan saya atau generasi sebelum saya. Di usia balita, saya sering bermain dengan kakak dan teman-teman, dan berbicara dengan orangtua tentang apa saja. Bayangkan, betapa mengenaskan jika seorang manusia tidak memiliki kenangan yang indah dengan orangtuanya, meski di masa balita. Kasihan. Jangan sampai generasi penerus kita nanti seburuk itu.
Bagi para orangtua, disarankan untuk memperbanyak waktu bersama sang anak, setidaknya di lima tahun pertamanya. Selain itu, sebaiknya balita dibiarkan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar yang baik. Orangtua hendaknya juga lebih selektif memberikan mainan ke balita.
0 comments:
Post a Comment
Budayakan berkomentar kawan. Terima Kasih. :)